Rabu, 04 Januari 2012

Margala permainan tradisional unik dari Toba

Olahraga tradisional "margala" sebagai permainan rakyat di sekitar Danau Toba, Sumatera Utara, dewasa ini sudah sangat jarang diperlombakan, karena masyarakat kota tidak banyak lagi mengenal olahraga mengandalkan kecepatan gerakan kaki tersebut.

"Permainan tradisional itu mencerminkan jalinan kerjasama sebagai gambaran kebersamaan gotong royong seperti yang sudah sejak lama dikenal masyarakat Batak," kata Ketua panitia Pesta Danau Toba (PDT) 2011, Jhon Hugo Silalahi di Parapat.

Dikatakannya, mengingat perlunya olahraga tradisional tersebut dilestarikan, pihak panitia penyelenggara PDT menjadikannya sebagai even yang ikut diperlombakan dan ternyata mengundang minat cukup tinggi dari masyarakat untuk menyaksikannya.

Perlombaan tersebut diikuti sebanyak 26 tim putra serta 7 tim putri dari Kabupaten se kawasan Danau Toba dan para pemenangnya didominasi tim Kabupaten Humbahas.

Juara pertama berhasil diraih Ricardo Bakara dari Humbahas untuk kelompok putra, sedangkan juara kedua dan ketiga diraih Iron Situmorang dan Victor Purba, masing-masing peserta dari Samosir dan Humbahas.

Untuk kelompok putri, juara pertama dan kedua diraih Suryaningsih serta Sakti Trianingsih, keduanya dari Humbahas, sementara juara ketiga diperoleh Jesika dari Simalungun.

Memang, kata Hugo, olahraga tradisional khas masyarakat Batak tersebut, saat ini sudah tergolong cukup langka, sebab hanya dikenal warga yang tinggal di pedesaan sedangkan yang berdomisili di perkotaan sudah banyak yang lupa atau bahkan sama sekali tidak mengenalnya lagi.

Olahraga itu, lanjutnya, tidak hanya mengandalkan kecepatan gerakan kaki, tapi juga memerlukan kehandalan dalam melihat situasi di lapangan serta mempedomani tata tertib aturan permainan yang ditetapkan.

"Dibutuhkan kerjasama yang solid agar bisa mengalahkan pihak lawan, dengan kata lain harus memenuhi prinsip kerjasama gotong royong," katanya.

Menurutnya, olahraga rakyat yang sejak dulu sudah melegenda di tengah masyarakat.itu perlu dilestarikan karena banyak nilai-nilai sosial yang terkandung di dalamnya sekaligus menanamkan rasa cinta budaya masyarakat luas mulai sejak usia kanak-kanak.

Dikatakannya, hal tersebut penting dilakukan, agar generasi muda tetap mengetahui keanekaragaman budaya daerah.

"Selain itu, tentunya, permainan tradisional budaya tersebut bisa dikenal lebih luas kalangan masyarakat internasional yang datang menyaksikan PDT 2011,"?katanya.

0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Blogger Theme by Lasantha - Premium Blogger Templates | Affiliate Network Reviews